WadahOrganisasi Gerejawi di Indonesia 40 41. Selain PGI, rupanya terdapat dua buah wadah lain (di lingkungan Gereja Kristen) yang bersifat nasional seperti PGI, yakni: Persekutuan Injili Indonesia (PII) dan Dewan Pantekosta Indonesia (DPI) serta satu buah lagi di lingkungan gereja Katolik, yakni: KWI (Konferensi Waligereja Indonesia). 1 Menurut Selo Soemardjan, mengatakan bahwa masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. 2. Menurut Karl Marx, mengatakan bahwa masyarakat sebagai suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis. 3. Iniakan mengurangi suasana tidak percaya di antara kedua belah pihak. Ketika pada tahun 1998 dan 1999 terjadi konflik dan kekerasan komunal di beberapa daerah tetangga, Polres Kota Manado dan Polda Sulawesi Utara secara rutin menemui tokoh agama di masjid, gereja, dan pura, dan bersama-sama meningkatkan empati di kalangan komuitas agama. PENELITIAN374 ANIK FARIDA PENDIRIAN RUMAH IBADAT PASCA PBM NOMOR 9 & 8 TAHUN 2006 DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA: KASUS PENDIRIAN GEREJA DI KOTA BANDUNG, JAWA BARAT Anik Farida Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI anikfarida16@ diterima 21 Subkulturseseorang diharapkan dapat mempengaruhi perilakunya sehingga akan terbentuk perilaku yang sama dengan budayanya. (M. Kamil Kozan, 2002:93-96) Teknik Penyelesaian Konflik. Rujuk, merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama. r0J5Nw2. Persamaan dan perbedaan gereja dengan institusi sosial lainnya. Gereja itu sendiri memiliki arti sebagai suatu perkumpulan orang yang adalah Tuhan Yesus, dan karena itu gereja juga disebut-untuk menyebutnya sebagai anggota tubuh Kristus. Karenanya, Gereja bukanlah sekadar sebuah bangunan melainkan merujuk pada penemanan yang setia. Sementara itu, lembaga sosial adalah lembaga yang mengatur tata cara atau prosedur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan bertujuan untuk menciptakan keteraturan dalam masyarakat untuk kondisi yang lebih baik atau suasana kehidupan. Aturan atau prosedur yang harus diikuti oleh anggota Dewan itu sendiri pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan yang sama juga. Beberapa contoh lembaga sosial adalah keluarga, sekolah, dan berbagai organisasi dalam masyarakat seperti PKK dan Coral taruna. Sampai saat ini masih banyak orang yang berasumsi bahwa setelah tujuan reformasi gereja tercapai maka Gereja adalah sama dengan lembaga sosial. Meskipun gereja juga memiliki fungsi sosial tetapi gereja sebenarnya bukan lembaga sosial. Untuk mempelajari dan memahami lebih lanjut tentang perbedaan antara gereja dan lembaga sosial, di sini saya berbagi beberapa perbedaan yang dapat Anda baca dan pelajari. 1. Gereja adalah rohani Tidak seperti lembaga sosial sekuler, Gereja lebih spiritual. Sifat spiritual di sini berarti bahwa gereja selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhan spiritual rakyat. Kebutuhan ini akan dibuat dengan berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh para administrator gereja seperti berdoa bersama, menyembah, retret, meditasi, outbound, dan berbagai kegiatan lainnya. Hal ini secara tidak langsung akan membantu iman orang berkembang dengan kondisi psikis atau mental yang lebih baik. Mungkin agak sulit untuk memahami apa kebutuhan spiritual adalah, jadi mari saya menjelaskannya sedikit lebih. Setiap orang akan memiliki dua jenis kebutuhan, yang merupakan kebutuhan duniawi dari ikatan mereka dengan hasrat daging dan kebutuhan rohani yang berkaitan erat dengan hasrat Roh. Jika Anda melewatkan suasana damai, merasakan kasih baik tetangga Anda dan Allah saja, itu adalah kebutuhan rohani Anda. Dan kebutuhan ini adalah apa yang gereja berusaha untuk memenuhi. Ukuran pertumbuhan rohani yang dapat Anda lihat dan rasakan bagi diri Anda sendiri. Ketika Anda telah menerapkan lebih dan lebih, Firman Allah yang muncul dalam Alkitab berarti bahwa iman Anda telah mulai tumbuh. Hilangnya kecemasan, keraguan, rasa takut, dan selalu menyertakan Tuhan dalam semua perjalanan kehidupan Anda juga dapat menjadi salah satu tanda dari pertumbuhan iman Anda. Sebagai seorang pria yang hidup di era yang sudah maju, pemenuhan kebutuhan rohani akan sangat diperlukan. Karena, hanya dengan menjadi kaya tidak menjamin kepuasan batin atau kebahagiaan diri sendiri. 2. gereja tidak memaksa Gereja dan lembaga sosial perbedaan berikutnya adalah bahwa gereja tidak memaksa. Dalam lembaga sosial, ada banyak aturan yang bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia untuk lebih baik dan memaksa alam. Hanya mengambil contoh dari aturan di sekolah. Secara tidak langsung, Anda akan dipaksa untuk mengikuti aturan dalam rangka untuk menjaga ketertiban di sekolah. Hal ini ditemukan untuk menjadi berbeda dengan gereja. Gereja mengajarkan kita untuk mengikuti dan mematuhi perintah Allah dan semua hukumnya, terutama hukum kasih. Karena kasih Allah yang besar dalam manusia, manusia memiliki kehendak bebas yang membuat orang istimewa dan berbeda dari makhluk lain dari Allah. Dengan kehendak bebas ini, manusia dapat memilih untuk melakukan segala sesuatu, termasuk apakah mereka ingin mengkompensasi Allah dan mengikuti semua ajaran-ajarannya atau tidak. Gereja di sini tidak pernah memaksa dan tugas gereja hanya untuk membantu meningkatkan kesadaran orang untuk tetap bersyukur atas semua belas kasihan yang telah diterima dari Tuhan Allah sendiri. Dan itu terkait erat dengan prinsip pengajaran sosial gereja sebagai fundamental bagi pikiran bahwa kita harus mengasihi dan saling membantu tanpa pamrih. 3. tidak memenuhi kebutuhan hidup Karena pengakuan pluralisme Kekristenan oleh gereja, hal ini membuat gereja lebih terbuka terhadap keadaan di sekitarnya. Meskipun gereja juga peduli tentang keadaan masyarakat dan masyarakat sekitar dengan membuat berbagai sumbangan dan bantuan kemanusiaan lainnya, tetapi tujuan utama dari Gereja adalah untuk tidak memenuhi kebutuhan fisik kehidupan. Insitution sosial masih terbagi menjadi beberapa lembaga yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Misalnya ada lembaga pendidikan, politik, agama, dan sebagainya. Keberadaan semua lembaga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia di berbagai bidang atau sisi hidupnya. 4. sanksi hukum Sanksi hukum juga telah menjadi perbedaan antara gereja dan lembaga sosial berikutnya. Dalam gereja, hukum yang diajarkan adalah hukum Allah yang bertujuan untuk membuat kehidupan manusia lebih baik dan lebih untuk membawa orang lebih dekat kepada Allah dan bersama-sama dengan Allah di masa depan. Seperti yang kita lihat dan rasakan, ketika kita menentang hukum, kita adalah sama dengan melakukan dosa. Dan, sanksi dosa atau umumnya dikenal sebagai konsekuensi dari dosa menurut Alkitab akan kita rasakan setelah kematian. Hal ini tentu saja berbeda dari lembaga sosial. Di lembaga sosial, semua aturan dilanggar akan mendapatkan sanksi hukum secara langsung. Ambil contoh ketika Anda berada di sekolah dan Anda terlambat untuk memasuki kelas atau lupa untuk mengumpulkan tugas. Anda akan mendapatkan poin pelanggaran langsung sebagai hukuman atas perbuatan Anda. Karena ada kesaksian hukum yang jelas yang dapat langsung dirasakan oleh pelanggan, banyak orang akan mencoba mematuhi aturan. 5. bersifat universal Selain lembaga sosial setempat, Gereja memiliki sifat Universal. Ini karena gereja di seluruh dunia menjunjung nilai yang sama dengan nilai yang berasal dari Tuhan Allah melalui Yesus Kristus yang tercantum dalam Alkitab. Universal juga memiliki arti bahwa gereja terbuka untuk semua orang dari berbagai kalangan, dan itu pasti akan berbeda ketika kita ingin membandingkan dengan institusi sosial. Di lembaga sosial, ambil contoh sebagai sekolah, kita dapat melihat bahwa nilai-nilaan pembelajaran yang diadakan di sekolah dari satu negara ke yang lain tentu akan berbeda. Sebagai contoh, di Indonesia, sistem pembelajaran kami akan berusaha untuk membentuk kita sebagai orang yang lebih disiplin dan terampil dalam melakukan tugas yang diberikan. Adapun negara bagian Findlandia, proses pembelajaran akan mencoba untuk disesuaikan dan dimaksimalkan sebaik mungkin agar para siswa tidak perlu membawa PR dan memiliki lebih banyak waktu bersama dengan keluarga mereka. Di tingkat sekolah dasar, mulai dari TK-SMA juga akan dibatasi oleh aturan usia. Jadi, jika Anda melewati batas usia tertentu maka Anda tidak bisa mendapatkan pendidikan pada tingkat tertentu dari pelatihan. Tentunya ini akan berbeda, bukan? Gereja akan menerima siapapun Anda latar belakang Anda. 6. . Bentuk peraturan Perbedaan dalam gereja dan institusi sosial dapat dilihat dari bentuk regulasi atau norma yang mencoba untuk diterapkan. Intinya, norma yang ingin diterapkan Gereja adalah fundamental dan mendasar tetapi dalam prakteknya dalam kehidupan sehari-hari, sulit untuk dilakukan juga. Ambil contoh, kita dilarang untuk berbohong tetapi dalam prakteknya kita sangat sering berbohong. Hal ini berbeda dengan bentuk regulasi yang ditetapkan di institusi sosial. Mungkin ada beberapa aturan seperti, Anda berkewajiban untuk tiba tepat waktu, menggunakan atribut lengkap, dan sebagainya yang sebenarnya cukup rumit untuk dilakukan terutama bagi mereka yang baru saja bergabung ke dalam lembaga sosial tertentu. Namun, dalam prakteknya meskipun kita sering melanggar beberapa aturan di lembaga sosial kita masih akan berusaha untuk tidak melanggar aturan yang ada. Dan pada kenyataannya, jumlah pelanggaran yang kita lakukan jauh lebih rendah daripada jumlah kepatuhan kita terhadap peraturan yang berlaku. Meskipun tidak dapat disbantahkan bahwa gereja juga memiliki fungsi yang bisa dibilang sama dengan lembaga sosial, tetapi masih keduanya adalah hal yang berbeda. Kegiatan Gereja seperti memberikan donasi kepada rakyat dan ikut serta dalam donasi kepada masyarakat bencana alam adalah beberapa contoh peran Gereja sebagai lembaga sosial. Beberapa hal yang sama antara gereja dan lembaga sosial seperti struktur keanggotaan, terbuka untuk masyarakat, memiliki visi dan misi, dan memiliki anggaran. Jadi itu beberapa gereja yang berbeda dan lembaga sosial yang saya dapat berbagi dengan Anda. Mudah-mudahan dengan informasi kecil ini yang dapat saya berikan kepada Anda, Anda dapat lebih memahami perbedaan dari gereja dengan institusi sosial dan juga dapat membantu untuk menambah wawasan Anda ke dalam gereja dan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal itu. Terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca artikel kami, mudah-mudahan artikel yang kami sajikan dapat membantu Anda mengembangkan iman Anda. Tuhan Yesus memberkati. [BE, EL, EN, ES, FR, HU, ID, IT, LV, NL, PL, PT, SQ, SW, UK, VI, ZH] KOMISI KEPAUSAN UNTUK KEADILAN DAN PERDAMAIAN KOMPENDIUM AJARAN SOSIAL GEREJA DIPERSEMBAHKAN KEPADA BAPA SUCI PAUS YOHANES PAULUS II GURU AJARAN SOSIAL SERTA PENYAKSI KEADILAN DAN PERDAMAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN SINGKATAN ALKITAB SURAT KARDINAL ANGELO SODANO PENYAJIAN KOMPENDIUM AJARAN SOSIAL GEREJA PENDAHULUAN SEBUAH HUMANISME YANG TERPADU DAN SOLIDER a. Pada saat merekahnya Milenium Ketiga b. Arti penting dokumen ini c. Demi melayani kebenaran yang sepenuhnya tentang manusia d. Dalam tanda solidaritas, hormat dan cinta kasih BAGIAN SATU BAB SATU RENCANA CINTA KASIH ALLAH BAGI UMAT MANUSIA I. TINDAKAN PEMBEBASAN ALLAH DI DALAM SEJARAH ISRAEL a. Kehadiran Allah yang murah hati b. Prinsip penciptaan dan tindakan Allah yang murah hati II. YESUS KRISTUS, KEPENUHAN RENCANA CINTA KASIH BAPA a. Dalam Yesus Kristus terpenuhilah peristiwa yang menentukan dalam sejarah antara Allah dan umat manusia b. Pewahyuan cinta kasih Allah Tritunggal III. PRIBADI MANUSIA DALAM RENCANA CINTA KASIH ALLAH a. Cinta kasih Allah Tritunggal, asal usul dan tujuan pribadi manusia b. Keselamatan Kristen untuk semua orang dan pribadi seutuhnya c. Murid Kristus sebagai suatu ciptaan baru d. Transendensi keselamatan dan otonomi hal-hal duniawi IV. RENCANA ALLAH DAN TUGAS PERUTUSAN GEREJA a. Gereja, tanda dan perlindungan transendensi pribadi manusia b. Gereja, Kerajaan Allah dan pembaruan relasi-relasi sosial c. Langit baru dan bumi baru d. Maria dan "fiat"-nya dalam rencana cinta kasih Allah BAB DUA TUGAS PERUTUSAN GEREJA DAN AJARAN SOSIAL GEREJA I. EVANGELISASI DAN AJARAN SOSIAL a. Gereja, tempat kediaman Allah bersama manusia b. Memperkaya dan meresapi masyarakat dengan Injil c. Ajaran sosial, evangelisasi dan kemajuan manusia d. Hak dan kewajiban Gereja II. HAKIKAT AJARAN SOSIAL GEREJA a. Pengetahuan yang diterangi iman b. Dalam dialog yang bersahabat dengan semua cabang ilmu pengetahuan c. Sebuah pelaksanaan tugas pengajaran Gereja d. Untuk sebuah masyarakat yang diperdamaikan di dalam keadilan dan cinta kasih e. Sebuah amanat bagi para putra dan putri Gereja dan bagi umat manusia f. Di bawah tanda kesinambungan dan pembaruan III. AJARAN SOSIAL GEREJA DALAM MASA KITA BEBERAPA CATATAN HISTORIS a. Permulaan sebuah jalan baru b. Dari Rerum Novarum hingga zaman kita sekarang ini c. Dalam terang dan di bawah daya dorong Injil BAB TIGA PRIBADI MANUSIA DAN HAK ASASI MANUSIA I. AJARAN SOSIAL DAN PRINSIP PERSONALIS II. PRIBADI MANUSIA SEBAGAI "IMAGO DEI" a. Makhluk ciptaan seturut gambar Allah b. Tragedi dosa c. Universalitas dosa dan universalitas keselamatan III. PELBAGAI SEGI PRIBADI MANUSIA A. Kesatuan Pribadi B. Keterbukaan Kepada Yang Transenden dan Keunikan Pribadi a. Keterbukaan kepada yang transenden b. Unik dan tidak dapat diulangi c. Penghormatan terhadap martabat manusia C. Kebebasan Pribadi Manusia a. Nilai dan batas-batas kebebasan b. Ikatan antara kebebasan dengan kebenaran serta hukum kodrati D. Martabat Yang Setara Dari Semua Orang E. Kodrat Sosial Manusia IV. HAK ASASI MANUSIA a. Nilai hak asasi manusia b. Spesifikasi hak-hak c. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban d. Hak-hak orang perorangan dan bangsa-bangsa e. Mengisi kesenjangan antara huruf dan roh BAB EMPAT PRINSIP-PRINSIP AJARAN SOSIAL GEREJA I. MAKNA DAN KESATUAN II. PRINSIP KESEJAHTERAAN UMUM a. Makna dan implikasi-implikasinya yang utama b. Tanggung jawab setiap orang bagi kesejahteraan umum c. Tugas-tugas masyarakat politik III. TUJUAN UNIVERSAL HARTA BENDA a. Asal usul dan makna b. Tujuan universal harta benda dan milik perorangan c. Tujuan universal harta benda dan pilihan mengutamakan kaum miskin IV. PRINSIP SUBSIDIARITAS a. Asal usul dan makna b. Petunjuk-petunjuk konkret V. KETERLIBATAN a. Makna dan nilai b. Keterlibatan dan demokrasi VI. PRINSIP SOLIDARITAS a. Makna dan nilai b. Solidaritas sebagai sebuah prinsip sosial dan kebajikan moral c. Solidaritas dan pertumbuhan bersama umat manusia d. Solidaritas di dalam kehidupan dan pesan Yesus Kristus VII. NILAI-NILAI DASAR KEHIDUPAN SOSIAL a. Hubungan antara berbagai prinsip dan nilai b. Kebenaran. c. Kebebasan d. Keadilan VIII. JALAN CINTA KASIH BAGIAN DUA BAB LIMA KELUARGA SEL-SEL HIDUP MASYARAKAT I. KELUARGA SEBAGAI MASYARAKAT ALAMIAH YANG PERTAMA a. Pentingnya keluarga bagi pribadi b. Pentingnya keluarga bagi masyarakat II. PERKAWINAN SEBAGAI DASAR KELUARGA a. Nilai perkawinan b. Sakramen perkawinan III. CIRI SOSIAL KELUARGA a. Cinta kasih dan pembentukan persekutuan pribadi-pribadi b. Keluarga adalah tempat kudus bagi kehidupan c. Tugas mendidik d. Martabat dan hak anak-anak IV. KELUARGA SEBAGAI KEKUATAN KREATIF KEHIDUPAN SOSIAL a. Solidaritas dalam keluarga b. Keluarga, kehidupan ekonomi dan kerja V. MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KEPADA KELUARGA BAB ENAM KERJA MANUSIA I. SEGI-SEGI ALKITABIAH a. Kewajiban untuk mengusahakan dan memelihara bumi. b. Yesus, seorang yang bekerja c. Kewajiban untuk bekerja II. NILAI PROFETIK RERUM NOVARUM III. MARTABAT KERJA a. Matra subjektif dan matra objektif kerja b. Hubungan antara kerja dan modal c. Kerja, hak untuk berperan serta d. Hubungan antara kerja dan hak milik pribadi e. Beristirahat dari kerja IV. HAK UNTUK BEKERJA a. Kerja adalah keniscayaan b. Peran negara dan masyarakat sipil dalam menggalakkan hak untuk bekerja c. Keluarga dan hak untuk bekerja d. Kaum perempuan dan hak untuk bekerja e. Buruh anak-anak f. Migrasi dan kerja g. Dunia pertanian dan hak untuk bekerja V. HAK-HAK KAUM PEKERJA a. Martabat kaum pekerja dan penghormatan terhadap hak-hak mereka b. Hak atas upah yang adil dan distribusi pendapatan c. Hak untuk mogok VI. SOLIDARITAS DI ANTARA PARA PEKERJA a. Pentingnya serikat-serikat buruh b. Bentuk-bentuk baru solidaritas VII. "HAL-HAL BARU" REs NOVAE DARI DUNIA KERJA a. Sebuah tahap peralihan yang membuka zaman baru b. Ajaran sosial dan "hal-hal baru" BAB TUJUH KEHIDUPAN EKONOMI I. SEGI-SEGI ALKITABIAH a. Manusia, kemiskinan dan kekayaan b. Kekayaan itu ada untuk dibagi-bagikan II. MORALITAS DAN EKONOMI III. PRAKARSA PRIBADI DAN PRAKARSA BISNIS a. Usaha bisnis dan sasaran-sasarannya b. Peran para pemilik dan manajemen usaha bisnis IV. LEMBAGA-LEMBAGA EKONOMI MELAYANI MANUSIA a. Peran pasar bebas b. Tindakan negara c. Peran lembaga-lembaga perantara d. Menabung dan usaha konsumsi V. "HAL-HAL BARU" DALAM SEKTOR EKONOMI a. Globalisasi berbagai peluang dan risiko b. Sistem keuangan internasional c. Peran masyarakat internasional dalam sebuah era ekonomi global d. Sebuah pembangunan yang terpadu di dalam solidaritas c. Kebutuhan akan pembinaan yang lebih banyak di bidang pendidikan dan budaya BAB DELAPAN PAGUYUBAN POLITIK I. SEGI-SEGI ALKITABIAH a. Kerajaan Allah b. Yesus dan otoritas politik c. Komunitas-komunitas Kristen perdana II. LANDASAN DAN TUJUAN PAGUYUBAN POLITIK a. Paguyuban politik, pribadi manusia dan bangsa b. Membela dan memajukan hak asasi manusia c. Hidup bersama atas dasar persahabatan warga III. OTORITAS POLITIK a. Dasar otoritas politik b. Otoritas sebagai kekuatan moral c. Hak untuk menolak atas dasar pertimbangan hati nurani d. Hak Perlawanan e. Pemberian hukuman IV. SISTEM DEMOKRASI a. Nilai dan demokrasi b. Institusi dan demokrasi c. Matra moral prinsip keterwakilan politik d. Sarana keterlibatan politik e. Informasi dan demokrasiV. PAGUYUBAN POLITIK MELAYANI MASYARAKAT SIPIL a. Nilai masyarakat sipil b. Prioritas masyarakat sipil c. Penerapan prinsip subsidiaritas VI. NEGARA DAN JEMAAT-JEMAAT KEAGAMAAN A. Kebebasan Beragama, Sebuah Hak Asasi Manusia B. Gereja Katolik dan Paguyuban Politik a. Otonomi dan ketergantungan b. Kerja sama BAB SEMBILAN MASYARAKAT INTERNASIONAL I. SEGI-SEGI ALKITABIAH a. Kesatuan keluarga umat manusia b. Yesus Kristus, prototipe dan fondasi kemanusiaan yang baru c. Panggilan universal agama Kristen II. ATURAN-ATURAN HAKIKI MENYANGKUT MASYARAKAT INTERNASIONAL a. Masyarakat internasional dan nilai-nilai b. Relasi-relasi yang dilandaskan pada keselarasan antara tatanan hukum dan tatanan moral III. ORGANISASI MASYARAKAT INTERNASIONAL a. Nilai organisasi-organisasi internasional b. Personalitas yuridis Takhta Suci IV. KERJA SAMA INTERNASIONAL UNTUK PEMBANGUNAN a. Kerja sama untuk menjamin hak atas pembangunan b. Perjuangan mengentaskan kemiskinan c. Utang luar negeri BAB SEPULUH MELINDUNGI DAN MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP I. SEGI-SEGI ALKITABIAH II. MANUSIA DAN JAGAT BENDA-BENDA TERCIPTA III. KRISIS DALAM RELASI ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP IV. SEBUAH TANGGUNG JAWAB BERSAMA a. Lingkungan hidup, sebuah harta milik bersama b. Penggunaan bioteknologi c. Lingkungan hidup serta penggunaan harta milik secara bersama d. Gaya-gaya hidup baru BAB SEBELAS MENGGALAKKAN PERDAMAIAN I. SEGI-SEGI ALKITABIAH II. PERDAMAIAN BUAH KEADILAN SERTA CINTA KASIH III. KEGAGALAN PERDAMAIAN PERANG a. Perang pembelaan yang legitim b. Membela perdamaian c. Kewajiban untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah d. Langkah-langkah menghadapi orang-orang yang mengancam perdamaian e. Perlucutan senjata f. Kecaman terhadap terorisme IV. SUMBANGAN GEREJA BAGI PERDAMAIAN BAGIAN TIGA BAB DUA BELAS AJARAN SOSIAL DAN TINDAKAN GEREJAWI I. TINDAKAN PASTORAL DALAM RANAH SOSIAL a. Ajaran sosial dan inkulturasi iman b. Ajaran sosial dan kegiatan pastoral sosial c. Ajaran sosial dan pembinaan d. Memajukan dialog e. Para pelaku kegiatan pastoral sosial II. AJARAN SOSIAL DAN KOMITMEN KAUM AWAM BERIMAN a. Kaum awam beriman b. Spiritualitas kaum awam beriman c. Bertindak dengan arif d. Ajaran sosial dan perserikatan-perserikatan awam e. Pelayanan dalam aneka ragam bidang kehidupan sosial 1. 2. 3. 4. PENUTUP BAGI SEBUAH PERADABAN KASIH a. Bantuan yang ditawarkan Gereja bagi manusia modern b. Suatu awal baru dalam iman akan Kristus c. Sebuah harapan yang kokoh d. Membangun "peradaban cinta kasih" INDEKS RUJUKAN INDEKS ANALITIS DAFTAR SINGKATAN a. in articulo AAS Acta Apostolicae Sedis ad 1um in responsione ad 1 argumentum ad 2um in responsione ad 2 argumentum et ita porro ay. ayat bdk. bandingkan c. corpore articuli cf. conferatur ch. Chapter bab d. distinctio DS H. Denzinger - A. Schönmetzer, Enchiridion Symbolorum definitionum et declarationum de rebus fidei et morum Ed. Leon. Sancti Thomae Aquinatis Doctoris Angelici Opera omnia iussu impensaque Leonis XIII edita Ens. Ensiklik ibid. ibidem Imb. Ap. Imbauan Apostolik PG Patrologia Graeca Migne PL Patrologia Latina Migne q. quaestio Surat Ap. Surat Apostolik v. verse I Prima Pars Summae Theologiae I-II Prima Secundae Partis Summae Theologiae II-II Secunda Secundae Partis Summae Theologiae III Tertia Pars Summae Theologiae SINGKATAN ALKITAB Am Amos Ams Amsal Ayb Ayub Bar Barukh Bil Bilangan Dan Daniel Ef Efesus Est Ester Ezr Ezra Flm Filemon Flp Filipi Gal Galatia Hab Habakuk Hag Hagai Hak Hakim-Hakim Hos Hosea Ibr Ibrani Im Imamat Keb Kebijaksanaan Salomo Kej Kejadian Kel Keluaran Kid Kis Kol Kolose 1Kor 1 Korintus 2Kor 2 Korintus Luk Lukas 1Mak 1 Makabe 2Mak 2 Makabe Mal Maleakhi Mat Matius Mik Mikha Mrk Markus Mzm Mazmur Nah Nahum Neh Nehemia Ob Obaja 1Ptr 1 Petrus 2Ptr 2 Petrus Pkh Pengkhotbah 1Raj 1 Raja-Raja 2Raj 2 Raja-Raja Rat Ratapan Rm Roma Rut Rut 1Sam 1 Samuel 2Sam 2 Samuel Sir Sirakh 1Taw 1 Tawarikh 2Taw 2 Tawarikh 1Tes 1 Tesalonika 2Tes 2 Tesalonika 1Tim 1 Timotius 2Tim 2 Timotius Tit Titus Tob Tobit Ul.. Ulangan Why Wahyu Yak Yakobus Ydt Yudit Yeh Yehezkiel Yer Yeremia Yes Yesaya Yl Yoël Yoh Yohanes 1Yoh 1 Yohanes 2Yoh 2 Yohanes 3Yoh 3 Yohanes Yos Yosua Yud Yudas Yun Yunus Za Zakharia Zef Zefanya SURAT KARDINAL ANGELO SODANO Sekretariat Negara Dari Vatikan, 29 Juni 2004 Yang Mulia Kardinal RENATO RAFFAELE MARTINO Ketua Komisi Kepausan Untuk Keadilan dan Perdamaian di KOTA VATIKAN Dalam seluruh bentangan sejarahnya, dan khususnya selama 100 tahun belakangan ini, Gereja tidak pernah lalai, mengutip kata-kata Paus Leo XIII, untuk mengangkat bicara sebagaimana "patut" baginya berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan menyangkut kehidupan di tengah masyarakat. Dengan tujuan melanjutkan pembabaran serta pemutakhiran warisan kaya ajaran sosial Gereja, Yohanes Paulus II dari pihaknya telah menerbitkan tiga Ensiklik akbar – Laborem Exercens, Sollicitudo Rei Socialis dan Centesimus Annus – yang menyajikan tahaptahap fundamental pemikiran Katolik dalam bidang uskup di setiap penjuru dunia ini, dari pihaknya masing-masing, telah memberi andil selama tahun-tahun belakangan ini bagi suatu pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran sosial Gereja. Sejumlah cendekiawan pada setiap benua juga telah melakukan hal yang serupa. 1. Oleh karenanya maka diharapkan bahwa sebuah kompendium untuk semua bahan ini hendaknya dikumpulkan, dan secara sistematis menyajikan landasan-landasan untuk ajaran sosial Gereja. Patutlah dipuji bahwa Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian telah mengambil alih tugas dimaksud, seraya mencurahkan upaya-upaya yang intensif bagi prakarsa ini selama tahun-tahun belakangan ini. Saya bergembira karena buku "Kompendium Ajaran Sosial Gereja" telah berhasil diterbitkan, seraya berbagi bersama Anda sukacita mempersembahkannya kepada umat beriman dan kepada semua orang yang berkehendak baik, sebagai santapan bagi pertumbuhan insani dan rohani, baik untuk orang perorangan maupun jemaat. ini juga menunjukkan nilai ajaran sosial Gereja sebagai sebuah sarana penginjilan bdk. Centesimus Annus,.54, karena ia menempatkan pribadi manusia dan masyarakat dalam hubungan dengan terang Injil. Prinsip-prinsip ajaran sosial Gereja, yang dilandaskan pada hukum kodrati, selanjutnya diperkokoh dan diperkuat dalam iman Gereja oleh Injil Kristus. Dalam terang ini, manusia terutama nian diundang untuk menemukan diri mereka sendiri sebagai makhluk transenden,di dalam setiap matra kehidupan mereka, termasuk yang berkaitan dengan konteks sosial, ekonomi dan politik. Iman membawa ke kepenuhan makna keluarga yang dibangun di atas perkawinan di antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang merupakan sel pertama dan terpenting dari masyarakat. Lebih dari itu, iman menerangi martabat kerja yang, karena kegiatan manusia ditakdirkan untuk membawa makhluk insani ini kepada kepenuhannya, memiliki keutamaan atas modal serta membenarkan klaim mereka yang absah untuk turut serta dalam buah-buah yang dihasilkan oleh kerja tersebut. 3. Dalam buku ini kita dapat menyaksikan pentingnya nilai-nilai moral, yang berpijak pada hukum kodrati yang ditulis di atas setiap hati nurani manusia; setiap hati nurani manusia oleh karenanya berkewajiban untuk mengakui dan menghormati hukum ini. Umat manusia dewasa ini mencari keadilan yang lebih besar dalam menghadapi fenomena raksasa globalisasi; ia memiliki sebuah keprihatinan yang peka untuk ekologi serta pengelolaan perkara-perkara publik secara tepat dan benar; ia merasakan perlunya melindungi kesadaran nasional tanpa menjadi buta terhadap pelaksanaan hukum serta kesadaran akan kesatuan dari keluarga umat manusia. Dunia kerja, yang secara mendasar telah diubah oleh berbagai kemajuan teknologi modern, menyingkapkan kemajuan kualitatif yang luar biasa, namun sayangnya ia mesti juga mengakui bentuk-bentuk baru ketidakstabilan, penindasan dan malah perbudakan di tengah berbagai masyarakat yang justru dianggap makmur. Di berbagai wilayah di planet ini tingkat kesejahteraan terus bertumbuh, namun juga terdapat suatu peningkatan yang berbahaya dalam jumlah orang-orang yang menjadi miskin dan, karena aneka rupa alasan, kesenjangan antara negara-negara yang kurang maju dan negara-negara yang kaya terus melebar. Pasar bebas, sebuah proses ekonomi dengan segi-segi yang positif, bagaimanapun juga tengah memperlihatkan keterbatasan-keterbatasannya. Di lain pihak, cinta kasih yang mengutamakan kaum miskin merupakan sebuah pilihan yang hakiki bagi Gereja, dan ia mengajukannya kepada semua orang yang berkehendak baik. Jadi, jelaslah bahwa Gereja tidak pernah lalai menjadikan suaranya didengarkan menyangkut "hal-hal baru" res novae yang menjadi kekhasan abad modern, karena menjadi tugasnya untuk mengajak semua orang untuk melakukan apa saja yang mampu mereka kerjakan guna menghasilkan sebuah peradaban sejati yang semakin terjuruskan pada perkembangan insani yang terpadu dalam solidaritas. 4. Soal-soal budaya dan sosial dewasa ini terutama nian melibatkan kaum awam beriman yang dipanggil, sebagaimana yang diingatkan kepada kita oleh Konsili Vatikan II, untuk mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah bdk. Lumen Gentium, 31. Oleh karena itu, kita dapat dengan mudah memahami penting dan hakikinya pembinaan kaum awam agar kekudusan hidup mereka serta kekuatan kesaksian mereka akan memberi andil bagi kemajuan manusia. Buku ini bermaksud membantu mereka dalam tugas ini setiap hari. Lebih dari itu, menarik untuk dicatat bagaimana banyak unsur yang dipersatukan di sini dianut pula oleh Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat Gerejawi lainnya, dan juga oleh agama-agama lain. Buku ini disajikan sedemikian rupa sehingga sarat manfaat tidak saja ke dalam ad intra, yakni di antara orang-orang Katolik, tetapi juga ke luar ad extra. Malah orang-orang yang ambil bagian dalam pembaptisan yang sama dengan kita, dan juga para pengikut agama-agama lain serta semua orang yang berkehendak baik, dapat menemukan di dalamnya kesempatan yang sarat manfaat bagi refleksi serta suatu motivasi bersama demi perkembangan yang terpadu dari setiap orang dan pribadi seutuhnya. 5. Bapa Suci berharap bahwa dokumen ini akan membantu umat manusia dalam pencariannya yang aktif untuk kesejahteraan umum. Ia memohonkan berkat Allah bagi orang-orang yang sudi meluangkan waktu untuk merenungkan ajaran-ajaran yang tersaji dalam buku ini. Seraya menyatakan itikad baik saya endiri atas keberhasilan upaya ini, saya mengucapkan selamat kepada Yang Mulia beserta semua rekan kerja Anda di Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian karena karya penting yang telah dituntaskan serta rasa hormat dari pihakku. Salam hormat di dalam Kristus, Kardinal Angelo Sodano Sekretaris Negara PENYAJIAN Dengan gembira saya menyajikan Kompendium Ajaran Sosial Gereja yang, berdasarkan permohonan yang diterima dari Bapa Suci, telah disusun guna memberi sebuah tinjauan yang padat namun lengkap atas ajaran sosial Gereja. Mengubah dan membarui berbagai kenyataan sosial dengan kuat kuasa Injil, untuknya kesaksian diberikan oleh orang yang beriman kepada Yesus Kristus, telah selalu merupakan sebuah tantangan dan tetap demikianlah adanya dewasa ini pada permulaan milenium ketiga kurun Kekristenan. Pewartaan tentang Yesus Kristus, "Kabar Baik" keselamatan, cinta kasih, keadilan dan perdamaian, tidak disambut serta-merta dalam dunia dewasa ini, yang dilantakkan oleh peperangan, kemiskinan serta ketidakadilan. Justru karena alasan inilah maka manusia dari zaman kita sekarang ini memiliki suatu kebutuhan yang lebih besar akan Injil akan iman yang menyelamatkan, akan harapan yang mencerahkan, akan kasih yang mencintai. Gereja adalah pakar perihal kemanusiaan dan, seraya berharap dengan keyakinan dan dengan keterlibatan yang aktif, ia senantiasa menantikan "langit baru" dan "bumi baru" yang ia tunjukkan kepada setiap orang agar membantu mereka menghayati kehidupan mereka dalam matra makna yang sejati. " Gloria Dei vivens homo" pribadi manusia yang menghayati sepenuhnya martabatnya memberi kemuliaan bagi Allah yang telah mengaruniakan martabat ini kepada manusia. Pembacaan atas buku ini terutama nian dianjurkan guna menopang dan memperkokoh kegiatan orang-orang Kristen di dalam ranah sosial, khususnya kegiatan kaum awam beriman yang menjadi empunya ranah ini secara istimewa; seluruh hidup mereka mesti dilihat sebagai sebuah karya penginjilan yang menghasilkan buah. Setiap orang beriman mesti pertama-tama nian belajar untuk menaati Tuhan dengan kekuatan iman seraya mengikuti teladan Santo Petrus "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena aku akan menebarkan jala juga" Setiap pembaca yang "berkehendak baik" akan mampu memahami motif-motif yang mendorong Gereja untuk campur tangan dengan ajarannya di dalam ranah sosial, sebuah ranah yang pada pandangan pertama tidak termasuk ke dalam kompetensi Gereja, dan khalayak pembaca yang sama akan mengerti alasan-alasan bagi perjumpaan, bagi dialog, bagi kerja sama demi melayani kesejahteraan umum. Pendahulu saya, Mendiang dan Yang Mulia Kardinal François-Xavier Nguyên Van Thuân, memandu dan mengawal dengan kearifan, kesetiaan serta wawasan yang berjangkauan luas tahap rumit persiapan dokumen ini; penyakit yang dideritanya menghalangi beliau membawa dokumen ini ke kesudahannya berupa penerbitannya. Karya ini, yang dipercayakan kepada saya dan kini disajikan kepada orang-orang yang sudi membacanya, karenanya membawa meterai kesaksian agung terhadap salib yang tetap teguh dalam iman selama tahun-tahun kelam lagi mengerikan di Vietnam. Kesaksian ini patut memperoleh ucapan terima kasih dari pihak kita karena semua karya beliau yang tak ternilai, yang dilaksanakan dengan kasih serta pengabdian, dan beliau akan memberkati orang-orang yang berhenti untuk merenungkan halamanhalaman buku ini. Saya memohon pengantaraan Santo Yosef, Pengawal Sang Penebus dan Suami Perawan Terpuji Maria, Pelindung Gereja Sejagat dan Pelindung. Kerja, agar buku ini akan menghasilkan buah berlimpah dalam kehidupan masyarakat sebagai sebuah sarana bagi pewartaaan Injil, bagi keadilan dan bagi perdamaian. Kota Vatikan, 2 April 2004, Hari Peringatan Santo Fransiskus dari Paola. Kardinal Renato Raffaele Martino Ketua + Giampaolo Crepaldi Sekretaris LIBRERIA EDITRICE VATICANA Oleh Hariman A. Pattianakotta Saya pernah membaca sebuah artikel, kesaksian dari seorang pemimpin perusahaan. Kebetulan orang ini adalah seorang Kristen. Ia juga aktif dalam pelayanan di gereja. Menurutnya, memimpin gereja jauh lebih sulit dari memimpin perusahaan. Apa pasal? Ia mencontohkan. “Kalau di perusahaan, target yang ingin dicapai serba terukur. Perintah seorang atasan jelas kepada bawahannya. Jika performance bawahan tidak sesuai, evaluasi dan ganti! Keputusan yang diambil pun harus cepat, kalau tidak cepat akan ketinggalan. Rejekinya diambil orang.” “Sementara kalau di gereja, yang dikedepankan adalah persekutuannya. Demi persekutuan, yang sudah jelas-jelas salah pun kadang sulit untuk diubah, sebab mekanismenya panjang.” “Belum lagi soal rasa. Kita sering enak gak enak mengambil keputusan tegas. Kalau bersikap terlalu tegas, dianggap kurang pastoral. Sementara katanya gereja adalah persekutuan pastoral. Inilah yang terkadang membuat orang seperti saya tidak efektif dalam pelayanan.” “Kalau di perusahaan, kita mengambil karyawan sesuai dengan standar kita. Harus sarjana dan punya kompetensi tertentu. Sementara di gereja, semua ada. Maaf, dari yang tidak sekolah sampai yang profesor ada di gereja. Bagaimana memimpin secara efektif dengan komposisi seperti ini sangat tidak mudah. Karena itu, menurut saya, memimpin di gereja lebih sulit dari memimpin perusahaan.” Organisasi dan Organisme Apa yang diungkapkan di atas mencerminkan tegangan antara gereja sebagai “organisasi” dan “organisme”. Jika kita membaca bukunya Romo Mangunwidjaya, “Gereja Diaspora”, kedua hal itu dipertahankan untuk selalu berada dalam ketegangan yang kreatif. Betul, gereja adalah koinonia, persekutuan yang saling mengisi dan saling berbagi. Gereja adalah tubuh Kristus. Sebagai tubuh organis, anggota-anggota gereja diikat oleh Roh Kudus, yang membuat kita bisa saling merasa. Menangis dengan yang menangis, tertawa dengan yang berbagia. Sebagai koinonia atau organisme yang hidup, kita diajak untuk peduli, berbagi, menyembuhkan, menguatkan. Karena itu, yang cepat mesti bertenggang rasa dengan yang tidak cepat atau yang lambat. Yang cepat tidak boleh berlari sendirian. Namun, di sisi lain, gereja juga adalah organisasi. Gereja ditata dengan aturan. Gereja dituntun oleh visi dan misi. Gereja juga mesti dibuat menjadi organisasi yang efektif, efisien, dan transformatif. Strategi dan program-programnya mesti terukur dan harus selalu dievaluasi. Demikian juga dengan para pelayannya. Orang-orangnya mesti terbuka untuk dikembangkan dan diperbaharui. Sebab, dunia terus berubah dengan cepat. Karena itu, orang-orang yang memimpin dan melayani gereja harus pula berubah dan berbesar hati untuk dievaluasi serta diperbarui. Dengan demikian, antara organisme dan organisasi tidak perlu dipertentangkan. Gereja adalah persekutuan yang hidup, karena itu gereja juga harus ditata dan terus diperbarui. Hal ini sesuai dengan semboyan Reformasi “Ecclesia reformata semper reformanda” Supaya gereja bisa melakukan reformasi secara baik, gereja mesti belajar dari cara organisasi dunia ditata untuk menjadi semakin efektif, efisien, dan transformatif, tentu tanpa meninggalkan jatidirinya sebagai gereja Yesus Kristus. Artinya, gereja harus serentak menjadi organisasi dan organisme yang hidup. Contoh konkretnya seperti apa? Begini. Gereja sebagai persekutuan harus tetap dijaga. Kasih mesti tetap menjadi pengikat. Nilai-nilai Kerajaan Allah tetap menjadi misi gereja. Serentak dengan itu, gereja harus membuat visi, misi, strategi, dan program yang terukur dalam rangka implementasi misi Allah. Bahkan, gereja melalui para pemimpinnya harus selalu siap dievaluasi, program-programnya harus siap diganti apabila tidak relevan. Dan untuk itu, tidak perlu bertele-tele menunggu satu rapat atau persidangan yang satu ke rapat atau persidangan yang lain. Gereja harus bergerak cepat dan lincah di tengah arus perubahan yang tidak bisa ditahan-tahan oleh siapa pun. Untuk itu, selain harus tetap berpegang pada Firman, gereja juga perlu membuat aturan main yang tidak mengekang perubahan. Mekanisme organisasi dibuat untuk memperlancar roda organisasi. Hal lainnya adalah leadership yang visioner, berani mengambil langkah perubahan meski tidak populer, dan tegas. Yang terpenting adalah apa yang hendak dikerjakan itu adalah sungguh-sungguh untuk kemajuan umat dan masa depan gereja itu sendiri, bukan untuk kepentingan diri pribadi atau kelompok. Yang berlari kencang harus tetap berlari kencang. Yang berlari lambat, diberikan oksigen dan energi tambahan supaya bisa menyusul dengan cepat. Bukannya membuat yang cepat menjadi lambat. Oleh karena itu, sistem ditata, program-program dirancang dan diimplementasikan, supaya yang lambat bisa menjadi lebih cepat. Yang lemah dibuat menjadi kuat. Sinergi dan energi harus diarahkan untuk itu seefektif mungkin. Yang tidak efektif dipotong, sama seperti yang Yesus Kristus sendiri ajarkan. Ranting yang tidak berbuah dipotong, dibersihkan, supaya bisa berbuah, atau minimal tidak menghambat ranting yang lain untuk berbuah lebih lebat. Jika kita bisa memadukan secara kreatif organisasi dan organisme dalam hidup bergereja, maka gereja akan semakin efektif, efisien, dan mampu mentransformasi kehidupannya dan kehidupan masyarakat. Selamat malam dan selamat beristirahat. Tuhan memberkati kita semua. Salam

apakah gereja itu sama dengan organisasi lain di masyarakat